Senin, 22 Juli 2013

Ini Pelajaran Tentang Ajal.

Sabtu kemarin, melalui telepon, ibu mengabarkan kematian seorang tetangga.

Suami yang dipanggil ke haribaan Ilahi. Suami ini lama merantau ke Papua. Ketika berkesempatan pulang kampung menjenguk keluarga, Allah memanggilnya.
Istri yang masih muda. Aku tidak tahu pasti, sekitar empat tahun lebih muda dari usiaku, tapi anaknya sudah berusia dua tahun. Menikah saat usianya masih delapan belas atau sembilan belas.
Suami yang malang. Bermaksud merenovasi rumahnya yang masih setengah jadi, sebongkah beton rubuh menimpanya, merusak tengkorak kepala, menggenang darah ke mana-mana. Istri dan anak harus menyaksikan yang tercinta pulang ke rumah yang sebenarnya.

Ini pelajaran tentang ajal.
Hari ini kita punya banyak hal yang kita cintai, kita bersamanya/mereka, kita menikmatinya/mereka, kita diperhatikannya/mereka.
Padahal sebenarnya apa yang kita punya. Tidak ada yang bisa kita perbuat kalau sewaktu-waktu Yang Mempunyai Segalanya mencabut satu dari sekian banyak itu.
Apakah kematian hanya milik orang yang sehari-hari bergelut dengan risiko tinggi? Big No. Allah sudah banyak menghentikan denyut jantung manusia yang sebelumnya tampak sehat bugar. Tanpa permisi pasti. Tanpa tanya sudah siap atau belum.
Helm, kecepatan normal, bahkan lalu lintas tertib tidak menutupi kemungkinan malaikat maut mengintai seorang pengendara. Sang Maha Pengatur punya tak hingga cara yang terkadang tidak terjangkau akal manusia untuk mendatangkan kematian. Ruangan berpengatur udara, dijaga satpam terlatih, bukan penjamin selamatnya manusia dari ajal kala tiba.
Siapa yang menyangka seorang siswi akan tewas usai hukuman squat jump, yang normalnya  tidak mematikan? Apakah ada yang meramalkan kematian seorang wakil rakyat yang populer sebagai penyuka olahraga, bahkan sesaat setelah mendiang bertanding olahraga bersama kawan-kawannya? Berapa banyak orang yang terkejut mendengar pada suatu pagi sang ustadz idola telah tiada? terkejut, karena tidak ada yang menyangka.
Beruntunglah yang kematiannya datang dengan pertanda. Sakit misalnya. Sungguh, mereka jauh lebih beruntung. Allah memberikan kesempatan untuk memperbaiki diri sebelum pantas menghadap Ilahi.

gambar diambil dari sini

 
Ini pelajaran tentang ajal.
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۖ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya. QS. Al-'A`raf [7] : 34

1 komentar: