Sabtu, 10 Maret 2012

post-it resolusi: bahagia itu sederhana


Awal tahun 2012 kemarin, aku iseng membuat resolusi. Bagaimanalah, usia sudah 23 tapi hidup masih belum rapi. Segera kukumpulkan bahan2 dari toko stationary sebelah kosan: post it, kertas warna, gabus, gunting, lem, double tape, gunting dll.

Demi 2012 lebih tertata. Azzamku. Semangat benar pas bikin, efek keseringan jadi panitia juru dekor di kampus.

Dua kertas gabus beda warna dipasang horizontal di dinding, tepat di atas posisi kepalaku ketika tidur. Halah, sok filosofis gitulah pokoknya, biar azzamnya nempel terus di otak.

Hasilnya, ada duabelas lembar post-it kuning tertempel manis. Isinya kurang lebih apa yang mau kucapai dalam dua belas bulan dalam tahun 2012 ini, secara global, tujuan besar. Nantinya, setiap capaian harus diikuti dengan pencopotan post-it secara resmi. Ketika itu, membayangkannya saja sudah seperti ada ikat kepala putih di kepalaku. Semangaaattt!!!

Hingga Pertengahan Februari kemarin, tiap memandangi tempelan2 itu aku jadi merasa konyol sendiri. Betapa aku termakan euphoria resolusi-resolusian awal tahun. Nir usaha. Terbukti targetku untuk bulan Januari belum tercapai. Bukan,... bukan belum tercapai, tapi tidak juga kuupayakan tercapai.

Maka dari itu, perlu dilakukan akselerasi. Berat sekali rupanya mematuhi jadwal dan target yang kita bikin sendiri. Tiap memulai sesuatu, ada saja gangguan yang berasal dari rasionalisasi rasa malas. Malas kok dirasionalisasi. Meski memang ada hal-hal di luar kendali. Sebut saja keinginan membeli sepeda agar bisa tiap minggu memanfaatkan car free day, serta mendaftar kursus bahasa Inggris, terbentur kebutuhan seorang saudara. Khusus yang kedua, pegimane mau daftar? Biaya kursusnya saja setara tunjangan per bulanku. Bisa puasa dua minggu sahur dan bukanya pake daun itu...

Kecuali kondisi yang diluar kendali, akhir Februari beberapa hal mulai dirapikan. Jadwal harian, pengeluaran, termasuk langkah antisipatif terhadap hal2 insidental yang mengganggu pencapaian target. (note: bahasa ini agak dilebihkan)

Kawan, “man jadda wajada” bukan isapan jempol. Sabtu, 10 Maret 2012 secara bersamaan aku secara resmi mencopot lima post-it. Silakan menyebutku norak, tapi aku girang bukan main. Mencopot lima lembar post-it resolusi berbarengan itu semacam mendapatkan hadiah undian tanpa dipotong PPh final. Mulai tampak hasilnya jadi polisi bagi diri sendiri, patuhi jadwal dan fokus pada cita-cita. Meski lima lembar post-it, benar kata orang, bahwa bahagia itu sederhana. JJJJ