Awal tahun 2012 kemarin, aku
iseng membuat resolusi. Bagaimanalah, usia sudah 23 tapi hidup masih belum
rapi. Segera kukumpulkan bahan2 dari toko stationary sebelah kosan: post it,
kertas warna, gabus, gunting, lem, double tape, gunting dll.
Demi 2012 lebih tertata. Azzamku.
Semangat benar pas bikin, efek keseringan jadi panitia juru dekor di kampus.
Dua kertas gabus beda warna
dipasang horizontal di dinding, tepat di atas posisi kepalaku ketika tidur.
Halah, sok filosofis gitulah pokoknya, biar azzamnya nempel terus di otak.
Hasilnya, ada duabelas lembar
post-it kuning tertempel manis. Isinya kurang lebih apa yang mau kucapai dalam
dua belas bulan dalam tahun 2012 ini, secara global, tujuan besar. Nantinya,
setiap capaian harus diikuti dengan pencopotan post-it secara resmi. Ketika
itu, membayangkannya saja sudah seperti ada ikat kepala putih di kepalaku.
Semangaaattt!!!
Hingga Pertengahan Februari
kemarin, tiap memandangi tempelan2 itu aku jadi merasa konyol sendiri. Betapa
aku termakan euphoria resolusi-resolusian awal tahun. Nir usaha. Terbukti
targetku untuk bulan Januari belum tercapai. Bukan,... bukan belum tercapai,
tapi tidak juga kuupayakan tercapai.
Maka dari itu, perlu dilakukan
akselerasi. Berat sekali rupanya mematuhi jadwal dan target yang kita bikin
sendiri. Tiap memulai sesuatu, ada saja gangguan yang berasal dari
rasionalisasi rasa malas. Malas kok dirasionalisasi. Meski memang ada hal-hal
di luar kendali. Sebut saja keinginan membeli sepeda agar bisa tiap minggu
memanfaatkan car free day, serta mendaftar kursus bahasa Inggris, terbentur
kebutuhan seorang saudara. Khusus yang kedua, pegimane mau daftar? Biaya
kursusnya saja setara tunjangan per bulanku. Bisa puasa dua minggu sahur dan
bukanya pake daun itu...
Kecuali kondisi yang diluar
kendali, akhir Februari beberapa hal mulai dirapikan. Jadwal harian,
pengeluaran, termasuk langkah antisipatif terhadap hal2 insidental yang
mengganggu pencapaian target. (note: bahasa ini agak dilebihkan)
Kawan, “man jadda wajada” bukan
isapan jempol. Sabtu, 10 Maret 2012 secara bersamaan aku secara resmi mencopot lima
post-it. Silakan menyebutku norak, tapi aku girang bukan main. Mencopot lima
lembar post-it resolusi berbarengan itu semacam mendapatkan hadiah undian tanpa
dipotong PPh final. Mulai tampak hasilnya jadi polisi bagi diri sendiri, patuhi
jadwal dan fokus pada cita-cita. Meski lima lembar post-it, benar kata orang,
bahwa bahagia itu sederhana. JJJJ