Senin, 24 Oktober 2011

Catatan Akhir Diklat



"We were the last passenger on the bus," I hummed. That was a gloomy friday night. I remember the time they waved their hand outside the window while the bus slowly passed, and their shapes were gradually faded.                           


Bagaimanalah,
(mungkin) ini kali terakhir kami bertemu dalam suasana penuh keakraban ala teman. Kembali ke kantor masing-masing, berkutat dengan rutinitas harian, memainkan peran sebagai 'pegawai’ dan ‘bawahan’.
Ada yang nantinya bakal sering ketemu karena masih di Jakarta, ada yang harus 'beterbangan' ke mana-mana, Surabaya, Medan, Makassar, Manado, Pontianak, Jayapura, pokoknya di manapun ada bandara di seluruh penjuru nusantara, tanggal 20 November 2011 kemungkinan besar akan menyambut kedatangan mantan siswa DTSD Pajak I dari Jakarta.




Dua bulan bisa dibilang waktu yang pendek untuk mengenal lebih dalam, namun dua bulan sudah cukup mencetak kenangan-kenangan.


Here they are...
Mana bisa orang ini kulupakan? Okelah, kantorku memang hanya berjarak sepelemparan batu dari tempatnya bekerja, kalau aku lapar, sepertinya bakal sering menemukannya di kantin atau Indomaret. hoho... Tapi aku akan kehilangan tawa renyahnya setiap dosen menskors kuliah untuk coffee break, dan akan merindukan caranya menangkupkan kedua telapak tangan di muka kalau sedang tersipu. He’s a cute and warm bookworm. Hei superbonekaaa, aku akan merindukan semua tentangmu termasuk kursi-kursi miring itu, :D










Voila, duo HWI. Yang selalu aktif di setiap perkuliahan, dosen yang menyenangkan atau bukan, pagi siang sore, senin hingga Jumat, AC dingin atau mati. Sepertinya hanya sekali kutemui this boy tidak memperhatikan perkuliahan, dan sayangnya, itu adalah sekalinya kami duduk bersebelahan, ngobrol ngalor ngidul hingga pulang. Pfff, giliran duduk samping orang pintar aku malah memberi pengaruh buruk.  Ini juga terjadi kalau aku bersebelahan dengan Al Ukh, bedanya, duduk di manapun, dia akan tetap fokus pada dosen. Fokus Fokus.... *pura-pura lupa foto yang kuambil di jam PBB* wahaha. Kelas nggak hidup sebelum mereka bertanya, menyanggah, mendebat, membetulkan, menambahkan, dan me- me- yang lain. The most influential people tiap ada tugas ‘berat’ dari dosen. As we know, memang kelihatan, lulusan STAN macam apa yang ditempatkan di HWI.




Other damn clever boys, yang penempatan di homebase, sehingga membuatku bertanya-tanya, apa dasarnya IP pas-pasan sepertiku di'anugerahi' Jakarta. Mari membayangkan, dua orang ini, di sudut kelas yang berbeda, duduk melipat kaki, memainkan pulpen di ujung jari, tidak begitu kelihatan bahwa mereka sedang memberi atensi, dan yap, sang widyaiswarapun harus berkali-kali menerima interupsi. Sudah sering kutemui cowok yang banyak bicara, tapi baru beberapa yang gaya bicaranya sangat khas, sering-sering beyond expectation, mengena dan berbobot, sangat sistematis. But however, mereka juga anak muda, sering nggaple’i...



Ada dua lagi, sengaja kupisahkan dari clever boys meski mereka sebenarnya juga tidak kalah cerdas dan kritisnya di kelas. Berasal dari kota yang sama, yakni kota yang aku sangat ingin tinggal di sana, sebagai homebaseku kelak. T.T... Dua ini pandai mengambil alih suasana, bikin kelas tidak membosankan. Aneh saja, tapi justru ini yang membuatnya unik dan unforgettable, booming alamt palsu bisa dibuat bulan-bulanan. Yak, sebut dia the Tingting. Idenya membuat presentasi KUP ala newscasting patut dikasih dua jempol. Nah kalau si Abra, kenapa dia unik, karena dia tidak bisa diam, dalam kondisi apapun dia pasti bergerak, apanya yang digerakkan, apapun, kapan bergeraknya, kapanpun....


ucup is in the house...
Abra sebelas duabelas dengan orang ini, yang hebohnya terangkum dalam role play bersetting di KPP Surabaya Penyakitan. Serius, presentasi mereka hari itu kereeen...bisa sekaligus mempopulerkan ungkapan orang ini----“nggak gitu gitu juga kaliii..” Yang mana orangnya? Iya benaar, yang di setiap kali ada kamera dia paling niat bergaya. Sampai-sampai ada yang bikin fans club di partychapp, konyol konyol...




Tragedi sepatu. Ini menyangkut nama beberapa orang. Nama pertama adalah dia yang sepatunya dengan tanpa dosa akibat kesadaran minim kubawa pulang, sebelah. Gyaaaa....aib ini, aiib... #tutupmuka. Ya gimana lagi kawan, ketololan macam apa yang kuperbuat hingga aku baru sadar sedang memakai sepatu asimetris setelah nama pertama ini meneleponku dengan lugu bertanya, “Zaki...kamu merasa ada yang aneh nggak sama sepatumu??”.
Nama kedua ,.....haha, Dasar aku usil, kasie wanna be, paraf di sembarang tempat, termasuk di sepatu baru orang, branded pula... Fragmen ini kuberi judul “Aku, Sepatu, Dia, dan Dia” Berhubung nama kedua masih sekantor, kesan tentangnya belum bisa dituang, ^^v,



Anda punya masalah dengan insomnia? Mungkin orang ini patut dijadikan tempat bertanya. Kenapa? We know laah,.. Jadi, kalau anda sempat, saat dosen masuk kelas dan mulai menyorot layar, anda berhitunglah. Lima hitungan, sepuluh hitungan, dua puluh, tiga puluh, semeniiit, yap, dia mulai kehilangan kesadaran, tertidur lebih dalam, lebih dalam. Sebut saja Bunga, bukan nama sesungguhnya.
But however, Bunga sudah membuat kelasa ini berwarna,..



snack time....
Hfff..
Rasanya terlalu panjang menguraikan kesanku tentang mereka satu persatu. They’re uniquely impressive..
Cute Dinda, yang ekspresif dan suka secara tidak sadar melucu..
Icha, filosofinya dipanggil Icha apa?
cubitan obat ngantuk Onter, berbekas, sumpah..
gombalan Ape n Rudi, juaraaaa... harusnya quote-quote kalian dibukuin,bisa booming itu...
Gilang, stop calling me Zakiyong, aku jadi ngerasa kayak orang Thailang, #eh
Yuni Ermawati dan curhat2an kita, :*
Arini Arale, bola bekel yang jago nyanyi, yg pernah kupukul refleks, dan aku nyadar, itu pasti sakittt...
Putri, tau gak put, aku ngefans dengan pelafalan ‘tSah’ dalam Petisahmu,..:D
senang bisa bertukar cerita sama Andi, sesama penyuka Yui..
Wahyu Wahyu, dapat salam dari Lenovoku..
Lucu banget sih Casi, kita pernah sekelas ya, tapi dulu kamu gak segeje ini.., haha
Harusnya pas ultah kemaren aku ngasih kado bantal lucu buat Hepi, pasti bermanfaat
Ntar sering2 maen ke depan ya Dianaa...
Hmm, belum sempat nyobain buburnya Andrew, ko bisa siih, jadi agen bubur gitu...
Jhon& Gery, kedengeran kaya’ Tom n Jerry, tapi emang miriip, nggak akur tapi selalu bersama.
Jilbabnya berapaan Niar, ‘mahal’ gak? Ahahaha, bakal kangen banget nggodain Niar..
Dewasa itu pilihan, betul bukan Fajrin?
Habis ini telor asin bisa kena pasal gratifikasi kali ya Bay? Cornerman..
Thanks uda mau di aniaya jadi ketua kelas ya Elda, atas jasamu,,,kena PPh pasal 23 gak? #apadeh
Terakhir, soal Vinna.....Kasih Tau Gak Yaaaa...haha




Farewell Fellas, Farewell..
Sebagian pergi meninggalkan, sebagian ditinggalkan, sebagian justru pulang menemui yang dulu ditinggalkan. Kalian sebentar lagi hilang beterbangan, ada yang excited, ada yang tiba-tiba kosong, ada yang sama sekali tanpa kesan.
Perpisahan adalah keniscayaan, seniscaya terbit-tenggelam matahari. Jemput cita-cita di mana mana. Lain hari, kita mungkin akan bertemu dengan status baru, pangkat tinggi, dan ratusan cerita luar biasa tentang perjuangan masing-masing kita. Siapa tahu juga, ada yang beberapa tahun ke depan justru banting setir jadi pengusaha?
Que sera, the future is nout ours to see

We're an adult, right? See you all....

Minggu, 02 Oktober 2011

pengembangan diri versus menjadi orang lain

"Ngapain gua harus seperti itu, gua gak mau jadi orang lain"
Jengkel bukan? jika reaksi itu yang didapatkan dari nasehat kita kepada seorang kawan untuk berhenti bersikap temperamental dan lebih menjaga bicaranya...

Setiap orang terlahir dengan karakter spesifik yang unik, yang sebagian diturunkan secara genetis, dan sebagian lagi mungkin karena "kecelakaan" saat proses kelahiran. Sifat penciptaan inilah yang sering dijadikan justifikasi orang-orang untuk menolak nasehat.

Confucius menyebutkan, ada dua orang di dunia ini yang tidak membutuhkan perubahan, yakni orang yang sangat bijak yang tentunya sudah tidak perlu berubah, serta orang bodoh yang tidak mau berubah.
 Perubahan adalah keniscayaan, seniscaya pergantian waktu, yang diiringi perubahan-perubahan kasat mata seperti proses manusia tumbuh besar, dewasa, menua, hingga mati. Bahkan Allah menyuratkan dalam sebuah ayat dalam Al Quran yang "memaksa" manusia untuk berubah, kalau manusia mau Allah merubah nasibnya. Inilah mengapa proses pengembangan diri adalah keharusan, bagi mereka yang berakal.

I'm not gonna talk about fate, I'm gonna talk about congenital character.

Mari berpikir dengan pola yang sederhana

mana yang lebih baik? pengendalian diri atau sifat temperamental? jika seseorang dilahirkan dengan darah temperamen mengalir di tubuhnya, apakah berubah menjadi lebih bisa mengendalikan diri merupakan kemunduran?
Apakah memepertahankan prinsip "be myself" itu jauh lebih penting daripada mencari kebaikan dan berubah menjadi lebih baik? jika jawabannya ya, mungkin egolah yang sedang bicara.

Think about it...