Kamis, 04 Oktober 2012

Hujan....



Hujan kesekian.

Perasaan damai yang berulang.

Tadi sore Gatot Subroto padat, gelap menggantung melingkupi kepala patung Pancoran. Kelam langit timur meski maghrib belum lagi tiba.
Aku menyukainya, ketika kesegaran meruap dari bumi. Ah, barangkali jika bisa, kamu akan menari, bumi. Kering dan terik berhari-hari, akhirnya terbayar.

Aku menyukainya, ketika sinar lampu jalan berpendar, tampak percik hujan dalam keremangan. Ini kedamaian yang luar biasa. Tadi, kubiarkan hujan membasahiku, sementara adzan maghrib mengantarku ke pintu.

Derap hujan pada atap.
Aku terlindung. Allah Maha Pengasih.

Rasa yang tidak jauh berbeda. Jika hujan memaksa adikku absen mengaji. Absen main sepeda. Absen main air di kolam belakang. Aku biasa melamun memandangi halaman yang basah hingga tergenang. Menyanding adikku yang menggelar koleksi mobil-mobilannya memenuhi lantai ruang keluarga. Bapak pada kursinya, ibuk sering tidak nampak, hingga bau pisang goreng memenuhi rumah.
Rasa ini berulang. Serupa ketika hujan deras menggagalkan rencana menraktir martabak ibuk dan sepupu. Mereka berdua menginap di kosku. Alih-alih menyesalinya, ibuk dan sepupu menikmati pemandangan hujan dari balkon lantai dua. Setelahnya, kami mengobrol sambil menghirup teh panas yang kubuatkan spesial untuk mereka. 

Kedamaian ini pernah datang. Ketika bus membelah jalan berkelok, mengenalkanku pada kota-kota pegunungan Sumatera. Sepanjang Kepahiang-Curup-Linggau-Dharmasraya-Sijunjung-Solok, subuh hari dalam perjalanan menuju Padang. Aku dikelilingi hutan yang basah. Saat-saat yang melankolis sekaligus kontemplatif. Tak tergambarkan. Hujan pula yang mengantarku meninggalkan Sumatera Barat. Hei karib terbaikku, Pito, sedang apa kau sekarang? hujan juga kah di sana? kau patut mensyukuri kedamaian kota yang kau tinggali sekarang. Sulit ditemui di Jakarta. Tak jauh dari pantai Padang, apa kakakku sedang ngopi kongkow-kongkow bersama kawan-kawanya? 

Seperti hari ini. Kedamaian yang kucari. Aku memenuhi hak tubuhku untuk pulang tepat waktu. Bukan merindui kamar kos, namun ingin segera bercerita pada malam tentang hujan yang gelagatnya bakal turun sejak siang.

Indah dan damai tak terkatakan.

bersama syukur, cintaku padaMu turut melangit dalam sujud.