“Yakin?”
Suatu pagi, pertanyaan itu lagi.
Ketahuilah, pertanyaan itu sudah
kuuji pada diri jauuuh sebelum ini. Bahkan masih terus berputar di kepala
sampai diputuskan tanggal pelaksanaannya. Jika, ‘keyakinan’ adalah kesatuan
yang utuh, berarti saat ini aku masih harus menemukan potongan-potongan lain
agar ia sejati.
Tidak seperti hendak memilih
sekolah, di manapun sekolah yang terpilihkan, paling-paling itu hanya
mempengaruhi masa depan pekerjaan. Sedangkan ini, aku sedang menentukan
keberhasilan hidupku di dunia dan akhirat.
Ini bukan tentang pesta.
Akhir-akhir ini orang-orang di sekelilingku justru sibuk menanyakan nanti akan
memakai gaun berwarna apa, acara diadakan di mana, sudahkah berita bahagianya
disebarkan, menyarankan rupa-rupa perawatan, dan banyak hal yang sesungguhnya
bukan penyebab utama kegelisahan.
Beberapa menggoda dengan
menceritakan seluk beluk malam pertama. Haha...ya ampun, usiaku memang baru dua
puluh tiga tapi aku sudah cukup dewasa untuk mengerti bahwa pernikahan bukan
hanya tentang itu saja.
Kawan, aku tidak memutuskan ini
karena telah siap.
Bagaimana mungkin bisa kusiapkan
diri dalam waktu beberapa bulan untuk segera menyandang peran-peran baru.
Sebagai istri, sebagai menantu, sebagai ipar, bahkan insya Allah....sebagai
ibu. Sampai hari ini pun mengurus diri sendiri aku belum mampu. Bagaimana aku
bisa mengatakan siap, padahal hak tubuhku saja sering tak imbang dengan waktu,
sibuk mencari cara aktualisasi diri sana sini, tenggelam dalam pencapaian misi
hidup. Siap dari mana?
Tapi aku tidak mau mengulur
waktu, karena pertanyaan akan begini sampai kapan ternyata tidak bisa kujawab.
Sampai bergelar sarjana? Sampai punya rumah? Sampai cukup waktu menikmati hasil
keringat sendiri? Tidak akan kubiarkan cita-cita egois melenakan kemudian
memperpanjang masa tanggung jawab bapakku atas dosa-dosa yang kuperbuat. Dua
puluh tiga menurut kalian masih terlalu belia? Tidak kalau beban di pundak bapakku
jadi taruhannya.
Mengenai kemantapan hati, bantu
aku membangunnya setelah keputusan ini dibuat. Kemantapan itu tidak akan
terbangun kalau tidak ada niat. Doakan supaya dipermudah menimba ilmu dan telah
telah tepat menjatuhkan pilihan. Dengan siapa? Tentang itu, biar Allah sajalah
yang menggenapkan.
Karenanya, dengan mengharap
keridhoan Allah,
Insya Allah kami menikah,
Sabtu, 5
Januari 2013 dan bersiap menyambut teman dan keluarga pada 6 Januari 2013 di
Tulungagung, Jawa Timur.
Doakan aku saja, jangan lagi menanyakan keyakinan hati. :)
Doakan aku saja, jangan lagi menanyakan keyakinan hati. :)
Subhanallah...semoga Allah senantiasa memberikan yang terbaik pada kalian. Terharu aku bacanya...
BalasHapuskami siapa ini?
BalasHapus