Minggu, 23 Desember 2012

Meyakinkan diri





“Yakin?”
Suatu pagi, pertanyaan itu lagi.

Ketahuilah, pertanyaan itu sudah kuuji pada diri jauuuh sebelum ini. Bahkan masih terus berputar di kepala sampai diputuskan tanggal pelaksanaannya. Jika, ‘keyakinan’ adalah kesatuan yang utuh, berarti saat ini aku masih harus menemukan potongan-potongan lain agar ia sejati.

Tidak seperti hendak memilih sekolah, di manapun sekolah yang terpilihkan, paling-paling itu hanya mempengaruhi masa depan pekerjaan. Sedangkan ini, aku sedang menentukan keberhasilan hidupku di dunia dan akhirat. 

Ini bukan tentang pesta. Akhir-akhir ini orang-orang di sekelilingku justru sibuk menanyakan nanti akan memakai gaun berwarna apa, acara diadakan di mana, sudahkah berita bahagianya disebarkan, menyarankan rupa-rupa perawatan, dan banyak hal yang sesungguhnya bukan penyebab utama kegelisahan.

Beberapa menggoda dengan menceritakan seluk beluk malam pertama. Haha...ya ampun, usiaku memang baru dua puluh tiga tapi aku sudah cukup dewasa untuk mengerti bahwa pernikahan bukan hanya tentang itu saja.

Kawan, aku tidak memutuskan ini karena telah siap.

Bagaimana mungkin bisa kusiapkan diri dalam waktu beberapa bulan untuk segera menyandang peran-peran baru. Sebagai istri, sebagai menantu, sebagai ipar, bahkan insya Allah....sebagai ibu. Sampai hari ini pun mengurus diri sendiri aku belum mampu. Bagaimana aku bisa mengatakan siap, padahal hak tubuhku saja sering tak imbang dengan waktu, sibuk mencari cara aktualisasi diri sana sini, tenggelam dalam pencapaian misi hidup. Siap dari mana?

Tapi aku tidak mau mengulur waktu, karena pertanyaan akan begini sampai kapan ternyata tidak bisa kujawab. Sampai bergelar sarjana? Sampai punya rumah? Sampai cukup waktu menikmati hasil keringat sendiri? Tidak akan kubiarkan cita-cita egois melenakan kemudian memperpanjang masa tanggung jawab bapakku atas dosa-dosa yang kuperbuat. Dua puluh tiga menurut kalian masih terlalu belia? Tidak kalau beban di pundak bapakku jadi taruhannya.

Mengenai kemantapan hati, bantu aku membangunnya setelah keputusan ini dibuat. Kemantapan itu tidak akan terbangun kalau tidak ada niat. Doakan supaya dipermudah menimba ilmu dan telah telah tepat menjatuhkan pilihan. Dengan siapa? Tentang itu, biar Allah sajalah yang menggenapkan.


Karenanya, dengan mengharap keridhoan Allah,
Insya Allah kami menikah, 
Sabtu, 5 Januari 2013 dan bersiap menyambut teman dan keluarga pada 6 Januari 2013 di Tulungagung, Jawa Timur.

Doakan aku saja, jangan lagi menanyakan keyakinan hati. :)


2 komentar:

  1. Subhanallah...semoga Allah senantiasa memberikan yang terbaik pada kalian. Terharu aku bacanya...

    BalasHapus