Kamis, 16 Agustus 2012

Kita, Do'a, dan Realita


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ما مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِى الآخِرَةِ وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا. قَالُوا إِذاً نُكْثِرُ. قَالَ اللَّهُ أَكْثَرُ
“Tidaklah seorang muslim memanjatkan do’a pada Allah selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahmi (antar kerabat) melainkan Allah akan beri padanya tiga hal: (1) Allah akan segera mengabulkan do’anya, (2) Allah akan menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan (3) Allah akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal.” Para sahabat lantas mengatakan, “Kalau begitu kami akan memperbanyak berdo’a.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Allah nanti yang memperbanyak mengabulkan do’a-do’a kalian.”
"Aku pengen kuliah di manapun asal yang nggak ada hubungannya sama ekonomi."
"Ya Allah, tempatkan aku di manapun di Indonesia asal bukan Jakarta."
Cemen, aku harus menertawakan diri jika mengingat pernah terbersit dalam pikiran untuk berhenti saja berdo'a. Toh Allah sudah menyiapkan skenario untuk semua makhlukNya. Lihat saja, STAN dan Jakarta dipilihkan Allah untukku. Hah..., betapa ecek2nya kualitas ruhaniku hingga kubaca:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
60. Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku[1326] akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina."
[1326]. Yang dimaksud dengan menyembah-Ku di sini ialah berdoa kepada-Ku
Seorang kawan bertanya apa yang harus dilakukan jika do'a tidak terkabul, sedangkan sabar itu luarbiasa sulit. Ujian yang dia alami jauh lebih kompleks daripada sekedar sekolah jurusan apa kerja dimana macam yang pernah kukeluhkan. Rasanya tidak pantas aku menjawab ala ustadz, karena faktanya sabar akan terkabulnya do'a sering terlupa, meski teorinya jelas, sebagaimana hadits di atas. 
Akupun mengumpulkan segenap hatiku untuk menjawabnya melalui pesan singkat. haruskah? ya, datang dari hati akan sampai pula ke hati. Begitu pikirku.
Jika manusia bisa mendapatkan semua yang diinginkannya, mungkin dia berhak menggantikan posisi Tuhan. 
Demikian bunyi pesanku.
Lantas aku merenungi sendiri jawaban yang kubuat. Tidak ragu, Allah sayang pada kita. Dia tidak ingin kita menjadi hamba hina yang lupa, bahwa makhluk adalah sesuatu yang terbatas. Ketika manusia mulai menginginkan banyak hal, Allah kasih peringatan, hey...kamu...jangan lupa Tuhanmu, yang segala keputusan tentang hidup ada di tanganNya. 
Ah, bahkan sampai di sini aku masih belum bisa memahamkannya, seperti apa seharusnya sikap ketika berdo'a. Jika Allah menjanjikan akan mengabulkan do'a-do'a, seorang hamba harus yakin, optimis, percaya diri. Sedangkan pada kenyataannya Allah tidak selalu mengabulkan apa yang dipinta. Adakala ditunda, kadang dihindarkan dari bahaya yang setara dengan pengabulannya. Lalu? wajar dong, jika terselip pikiran 'gimana kalau' usai berdo'a, yang pada taraf tertentu bisa mengaburkan keyakinan seorang hamba.
Bagiku -dan semoga temanku juga mengerti kemudian- kebodohan, kelemahan, serta segala keterbatasan manusia cukup untuk menjadi penjelasan kenapa tugas kita hanya berusaha dan berdo'a. God will do the rest. Kalau ilmu manusia dijadikan seluas bumi langit, kemudian bisa mengetahui mana yang baik bagi dirinya di masa depan, bolehlah dia protes kenapa do'anya tidak terkabul. Painful? mungkin iya. Demikianlah baja dijadikan tajam melalui tempaan luarbiasa. Kalau boleh memilih, semua ciptaan akan memilih untuk hidup dengan baik tanpa kesulitan. Tapi itu bukan cara untuk menjadi kuat. Silakan menyangkal, namun aku percaya kekuatan pada ciptaan hanya bisa terjadi dengan latihan, dengan uji coba, latihan lagi, uji coba lagi, hingga nampak kualitas tertinggi yang bisa dicapai. Allah hendak meninggikan derajat sebagian dari kita, maka dibikinlah mekanisme tempa-uji coba dan seterusnya.
Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu. (QS Muhammad: 31)
Aku merenung kembali. Sabar. I got it, inilah sebenarnya yang dipertanyakan temanku. Dia hanya ingin tahu bagaimana bersabar, dirasa sulit untuknya. Oh, kalau itu akupun demikian kawan. Sabar pun termasuk ujian. Mungkin, ini semacam final exam di samping ikhlas. Penyabar yang ikhlas mengabdi pada Allah bisa memperoleh nilai tinggi di hadapanNya.
Sabar terhadap pengabulan do'a, kemudian ikhlas menerima realita yang ternyata berlawanan dengan apa yang diminta, is really a hard thing to do.
Diantara kita dan realita, ada do'a, temanku. Di balik itu semua, Allah berkuasa.
Ujian ini hendak membuatmu jadi manusia kuat terpilih.
Tutupku. Semoga aku selalu mengingat nasehat yang kukirimkan padanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar